22 Mei 2009

SmP 16 QhUw

A. SEJARAH

Guna mensukseskan program Wajib Belajar 9 tahun, pemerintah berusaha menambah jumlah sekolah, terutama SMP yang dirasa kurang sebanding dengan jumlah Sekolah Dasar yang sudah berdiri lebih dahulu. Untuk itulah dibangun SMP Negeri 16 Malang yang terletak di Jalan Teluk Pacitan Kelurahan Arjosari, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Sedangkan di kecamatan Blimbing hanya ada 3 SMP Negeri, yaitu SMPN 14, SMPN 16 dan SMPN 20 Malang. Bagaimana dengan SMU Negerinya? tidak ada yang berdiri di Kecamatan Blimbing.

SMP Negeri 16 Malang didirikan pada tanggal 6 Mei 1992. Sekolah ini diresmikan langsung oleh Bapak Prof. Dr. Fuad Hasan yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Letaknya yang masih asri, hijau dan bersebelahan dengan sungai Bango sangat memungkinkan untuk kegiatan belajar mengajar. SMP Negeri 16 Malang mudah dijangkau, karena terletak di dekat jalur transportasi yang dilewati oleh mikrolet dari berbagai jurusan kota, mengingat letaknya yang sangat dekat dengan terminal Arjosari Malang.

Pada saat berdiri tahun 1992, sarana yang ada hanya terdiri dari 4 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang laboratorium, 1 deret ruang TU, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru dan 2 bagian ruang WC putra dan putri. Lahan sekolah berbentuk memanjang ke arah timur, di mana saat itu masih berupa lahan pertanian.

Pada awal semester I tahun 1992/1993 SMP Negeri 16 Malang masih filial atau bagian dari SMP Negeri 11 malang, jadi jabatan Kepala Sekolah masih dipegang oleh Bapak Moel Soeradi (Kepala Sekolah SMP Negeri 11 malang). Proses Belajar mengajar berlangsung pagi hari. Pengajarnya saat itu adalah Ibu Soepeniati, bapak Medi Asmo, Ibu Cahaya, Ibu Anita, Bapak Suwoko, Ibu Padmi, Ibu Robiatul dan Bapak Kusnadi.

Pada semester II tahun 1992/1993, SMP Negeri 16 Malang dipimpin oleh Ibu Nachrowi. Beberapa pengajar ditarik kembali ke SMP Negeri 11 dan sebagian menetap mengajar di SMP Negeri 16 malang. Saat itu jumlah gurunya makin bertambah, di antaranya Bapak Nur Ichwan, Bapak Sujito, Ibu Eny Agustin, Ibu Lilik Ratna, Ibu Anis dan Ibu Endang.

Pada tahun pelajaran 1993/1994 angkatan ke-2 diterima sebanyak 4 kelas, seluruhnya masuk pagi dengan menggunakan ruang perpustakaan dan ruang laboratorium sebagai tempat belajar. Pada tahun ajaran 1994/1995 angkatan ke-3 diterima sebanyak 5 kelas. Pada tahun ajaran tersebut, siswa kelas 2 dan 3 masuk pagi dan siswa kelas 1 masuk siang.

Pejabat Kepala sekolah SMP Negeri 16 malang :
Ibu Sri Murtimah Nachrowi
Dra. Retno Astuti
Bapak Mujono (1 semester)
Ibu Dra. Asmiaty
Bapak Drs. Gunarso
Bapak Drs. Kuri Sudirdjo, SH
Drs. Hari Sunyoto
Drs. Moch Ischak
Drs. Hari Subagiyo, M.Pd ( hingga sekarang )


B. PROFIL SEKOLAH

Berdiri pada tanggal 06 Mei 1992 yang diresmikan langsung oleh Bapak. Prof.Dr. Fuad Hasan. Memiliki NSS/DIK : 201056103116/542857
Lokasi Jl. Teluk Pacitan Arjosari, yang berdekatan dengan P3GT(VEDC), Terminal Arjosari (pusat transit terbesar di Kota Malang), Perumahan Kota Mandiri Bumi Araya, Puskesmas, Polsek Blimbing, Kantor Kecamatan Blimbing serta fasilitas lainnya.
Memiliki Luas Tanah : 6009 M persegi dengan Luas Bangunan : 2500 M persegi


C. VISI, MISI, TUJUAN dan STRATEGI V I S I Sekolah Berwawasan Lingkungan, Berbasis Multi Media, Berbahasa Internasional, Unggul dalam mutu dan berjiwa Ksatria
M I S I Menciptakan anak didik yang unggul dalam bidang imtaq dan iptek serta terampil / mampu menghadapi tantangan masa depan
T U J U A N Menyiapkan peserta didik agar mampu menghadapi tantangan di masa datang
STRATEGI Melaksanakan Pembelajaran & Bimbingan secara efektif dan efisien
Meningkatkan Profesional Guru
Mendorong siswa mengembangkan potensi diri
Menumbuh kembangkan ajaran agama
Melengkapi sarana dan prasarana sekolah
Melaksanakan 9 K ( Keamanan, Ketertiban, Keindahan, Kebersihan, Kekeluargaan, Kerindangan, Kesehatan, Keterbukaan dan Keteladanan pada warga sekolah

Baca Selengkapnya...

3 kEjAngGaLan

Dalam satu semester tahun 2008 ini, telah terjadi 3 kali kecelakaan pesawat milik TNI AU. Baru sebulan yang lalu, tepatnya 6 April 2009 pesawat Fokker 27 TNI AU jatuh di Bandara Husein S Bandung dan menewaskan 24 orang . Lalu pada 11 Mei 2009, Pesawat Hercules 130 B TNI AU kembali mengalami kecelakaan di landasan pacu Bandar Udara Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Papua. Dan hari ini tanggal 20 Mei 2009, bertepatan dengan 101 Tahun Kebangkitan Nasional, Pesawat Hercules C-130 TNI AU jatuh di daerah persawahan Magetan. Sedikitnya 102 orang meninggal akibat kecelaakaan tersebut.

ada 3 keanehan atau kejanggalan:
Anak-anak dan warga sipil ikut dalam penerbangan Hercules TNI AU.
Tidak adanya penanganan serius pasca kecelakaan Fokker 27 TNI AU di Bandung, sehingga dalam waktu kurang dari 2 bulan sudah terjadi 3 kali kecelakaan.
Kontra-opini antar pejabat negara atas penyebab-penyeban kecelakaan pesawat militer TNI AU

Pesawat Sipil atau Militer?

Hercules C-130 merupakan pesawat TNI yang penggunaanya sangatlah jelas. Hercules dengan segala kelebihannya memang digunakan dalam berbagai keperluan untuk kepentingan negara. Hercules C-130 digunakan sebagai pesawat angkut pasukan, pesawat perang untuk melancarkan serang udara, evakuasi medis dalam pencarian dan penyelamatan (SAR), pengangkut barang, penelitian, pendeteksi cuaca, pengisian bahan bakar di udara, pemadam kebakaran dan patroli maritim. Dari fungsi dan tujuannya, sangatlah jelas bahwa pesawat Hercules TNI harus digunakan untuk kepentingan militer, sosial, penelitian dan bencana alam. Yang menjadi perhatian utama saya adalah mengapa dalam kecelekaan ini pesawat Hercules TNI membawa penumpang anak-anak dan warga sipil. Hercules C-130 TNI AU bukanlah pesawat penumpang. Padahal misi perjalanan Hercules Jakarta-Madiun bukan dalam rangka evakuasi anak-anak akibat bencana alam atau sejenisnya. Apakah TNI AU memang kekurangan dana sehingga membawa penumpang? Bukankah ada pesawat komersial? Mungkinkah mereka adalah keluarga dari anggota TNI atau mereka adalah penumpang komersial?

Dan parahnya sebuah pesawat militer yang seharusnya hanya digunakan untuk kepentingan nasional dan militer justru digunakan juga untuk membawa penumpang untuk sekadar berkunjung dan berlibur. Bagaimana seorang warga sipil yang hanya memiliki hubungan keluarga dengan seorang prajurit TNI mendapat akses menggunakan fasilitas militer meskipun membayar sekian persen?

Di saat sedang mempersiapkan diri untuk kerja, Letkol TNI AU Asep Gunawan dikejutkan dengam berita jatuhnya Hercules, yang di dalamnya ada Nuryani isteri tercintanya. Rencana liburan ternyata berujung maut.

Demikian dikisahkan Muslim Mardoyo (48), saudara tertua Nunung, panggilan akrab Nuryani saat dijumpai di rumah duka, Kompleks Perumahan TNI AU Lanud Halim Perdana Kusuma Jl. Beranjangan IV/3 Jakarta Timur, Rabu (20/5).

Nunung adalah anak kelima dari sembilan bersaudara. Asep sendiri berada di Lanud Iswahyudi. Rencananya, Nunung bersama lima temannya hendak ke Makasar. “Mereka mau ke Makasar, mengunjungi salah satu keluarga temannya yang tergabung dalam club senam jantung,” kata Muslim. [kompas]

Yang menjadi pertanyaan, apakah boleh fasiliter militer negara digunakan oleh anggota keluarga seorang militer? Bukankah yang memiliki tugas militer hanya prajurit, bukan anak berusia 7 tahun, bukan pula isterinya? Inilah kejanggalan yang saya pikir terjadi ketimpangan dalam menggunakan fasilitas negara dan khususnya dalam penggunaan fasilitas militer. Jika fasilitas militer yang vital telah digunakan secara komersial, maka kedaulatan dan kekuatan militer sangatlah rapuh. Apakah KSAU tidak tahu? Apakah Menhan tidak tahu? Apakah Presiden juga tidak tahu?

Sudahkah Memberi Perhatian Khusus Pasca Kecelakaan Fokker di Bandung?

Kedua, hanya dalam waktu kurang dari 2 bulan, sudah terjadi kecelakaan pesawat milik TNI AU dan ketiga-tiganya menyebabkan jatuh korban, 2 kecelakaanya menyebabkan total korban meninggal 126 0rang (24 orang di Bandung dan 102 orang di Magetan) dan kecelaakaan di Papua menyebabkan 2 orang luka parah. Dan yang sangat menyedihkan adalah para korban umumnya adalah prajurit TNI yang handal. Mengapa rentetan tragedi ini terjadi dalam waktu yang relatif singkat? Apakah tidak ada evaluasi yang intensif dan serius pasca jatuhnya pesawat TNI Fokker 27 di Bandung?

Kita tahu bahwa pasca kecelakaan pesawat Fokker 27 di Bandung, hampir tidak ada media yang intens meliput dan pemerintah serta TNI terkesan menenggelamkan kasus ini. Hal ini terjadi karena kecelakaan pesawat TNI terjadi 3 hari sebelum Pemilu Legislatif 9 Aril 2009 sehingga “mata publik” lebih tertuju pada Pileg. Begitu juga pemerintah dan parpol asyiik berpolemik atas Pemilu terburuk sepanjang sejarah reformasi. Dan akibatnya kasus kecelakaan TNI AU di Bandung seolah tidak dijadikan sebagai pelajaran berarti untuk evaluasi dan pencegahan, terutama pejabat berwenang. Apakah karena even “pesta demokrasi”, lalu hal krusial seperti ini dilupakan? Pasca kecelakaan Fokker 27 di Bandung, aparat dan pemerintah seyogianya menangani kasus ini dengan serius sehingga dampak kejadian ini dapat diminimalisir

Baca Selengkapnya...

15 oRang SElaMat

Sebanyak 15 korban selamat pada kecelakaan pesawat Hercules C 130 milik TNI AU di Desa Geplak, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Rabu.


Pesawat berpenumpang 111 orang termasuk awak pesawat itu, jatuh di persawahan, setelah sebelumnya meledak dan menabrak sejumlah rumah penduduk setempat.

"Dari 15 korban yang selamat, 11 orang di antaranya dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soedono, Madiun, dan empat lainnya dirawat di Rumah Sakit (RS) TNI AU Lanud Iswahyudi," kata Direktur Utama RSUD dr Soedono, Madiun, dr Dodo Anondo MPH, Rabu malam.

Ia menyebutkan ada lima korban di antaranya yang mengalami luka di bagian kepala dan gegar otak, bahkan ada yang perlu menjalani CT-Scan dan dicuci.

Sebanyak 11 korban yang dirawat di RSUD dr Soedono, Madiun adalah Mayor Lekahena (41) co-pilot dirawat di ruang ICU, Ny Mia (30) dioperasi di ruang ROD, Umi Kusuma (25) dioperasi di ruang IPI (instalasi perawatan intensif), Mr X (40) dirawat di ruang ICU, Jeri (3) dioperasi di ruang IPI, Prada Purwanto (24) asal Sewon Bantul, Yogyakarta dirawat di ruang ROD.

Kemudian Angga (balita) dirawat di ICU, Warsito (35) warga Sukoharjo, Jateng dirawat di ruang ROD, Sulasmin (30) penduduk yang rumahnya tertimpa pesawat dirawat di ruang ROD, Serka Susanto (33) asal Ngawi, Jatim dirawat di ruang ROD, serta Mayor Dedi Fahrudin.

Sementara itu, empat korban selamat lainnya yang dirawat di RS TNI AU Lanud Iswahyudi yakni Serka Agus Juwarsa, Serka M Saputra, Serma Rudi, dan Anggun (2).

Salah seorang korban, Angga, yang mengalami gegar otak terlihat siuman dan menangis sekitar pukul 15.00 WIB, Rabu.

"Kasihan anak itu, ibunya tewas dan dua kakaknya juga tewas. Sedangkan ayahnya tugas di luar Jawa," kata salah seorang perawat di rumah sakit itu.
Baca Selengkapnya...

UpacArA MayOR LeK MELVIN

Jenazah Mayor Lek Melvin yang menjadi korban insiden jatuhnya pesawat Hercules TNI AU di Magetan, baru saja tiba di Halim Perdana Kusuma.

Diberangkatkan dari Madiun sekira pukul 07.30 WIB dan diperkirakan tiba di rumah duka sejam kemudian. Rumah duka berada di Kompleks Perumnas, Jalan Pipit No 183 RT 1 RW 10 Kelurahan Depok Jaya Pancoran Mas.

Sebelum dimakamkan, akan dilakukan serah terima secara militer dari Mabes Angkatan Udara dan Komando Pertahanan Udara Nasional di rumah duka.

"Komando upacara dari pihak Mabes AU. Namun belum bisa dipastikan siapanya, karena ikut dalam rombongan jenazah," ungkap Lettu Lek Susman Hindarta di rumah duka, Jumat (22/5/2009).

Meski demikian, ada cadangan yang akan menggantikan jika dari Mabes AU berhalangan. Menurut Susman, jumlah personil dalam upacara militer sedikitnya 50 orang dan sudah dipersiapkan. Upacara militer akan dilangsungkan selama 30 menit. "Tidak ada pemberian tanda jasa khusus," imbuhnya.

Sementara itu paman korban, Herman Marzuki mengatakan, ada dua kemungkinan untuk proses pemakaman. "Kalau waktunya mepet, pemakaman dilaksanakan setelah salat Jumat. Tapi jika memungkinkan akan disegerakan sebelum salat Jumat," katanya.

Baca Selengkapnya...

TangIsan Duka

Setibanya di rumah duka, jenazah Mayor Lek Melvin yang menjadi korban jatuhnya pesawat Hercules milik TNI AU di Magetan disambut jerit tangis keluarga.

Bahkan ibunda Lek Melvin, tampak histeris ketika peti mati anaknya dimasukan ke dalam rumah yang terletak di Kompleks Perumnas, Jalan Pipit No 183 RT 1 RW 10 Kelurahan Depok Jaya, Pancoran Mas, Depok.

Jenazah tiba sekira pukul 10.20 WIB, Jumat (22/5/2009), didampingi istri Lek Melvin, Desy Indriani dan anaknya Yasmine (4). Desy tampak tabah meski matanya sembab.

Paman korban, Herman Marzuki langsung mengumumkan jika salat dan serah terima jenazah akan dilakukan secara kekeluargaan. Dia juga memohon kepada para pekerja media agar ke luar rumah sejenak untuk memberikan ruang pribadi kepada pihak keluarga yang akan melaksanakan serah terima jenazah.

Sementara di luar rumah, terlihat personil dari Mabes TNI AU sibuk mempersiapkan rangkaian upacara militer. Papan nisan berwarna putih juga sudah berada di depan rumah, sedangkan ratusan warga antusias menyaksikan prosesi tersebut

Baca Selengkapnya...

comment